Jakarta, Stigma – Merebaknya pademi Covid-19 membuat pasar produk pangan mengalami shifting demand dari Business-to-Business (B2B) seperti hotel, restoran, dan kafe menjadi Business-to-Consumer (B2C). Hal ini dirasakan pula oleh Kedai Sayur Indonesia dimana terjadi peningkatan permintaan yang cukup tajam pada konsumen B2C.
Penyebaran pandemi Covid-19 di Indonesia memberikan dampak yang sangat terasa oleh masyarakat Indonesia, khususnya dalam hal kebiasaan berbelanja. Sebelumnya, masyarakat memilih menghabiskan anggaran belanja guna keperluan konsumsi dan gaya hidup dan melakukan transaksi secara langsung dengan mendatangi pusat perbelanjaan, kini masyarakat cenderung beralih menggunakan kesempatan berbelanja untuk memenuhi kebutuhan pangan dan konsumsi sehari-hari dan dilakukan secara daring (online).
Perubahan kondisi ini juga memberikan dampak kepada perusahaan yang bergerak dalam bidang agritech seperti Kedai Sayur. Perusahaan start up tersebut mengalami peningkatan penjualan khususnya B2C, traffic social media dan jumlah unduhan aplikasi Kedaisayur.
Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah juga memberikan dampak kepada pasar B2B. Adrian Hernanto selaku CEO Kedai Sayur mengatakan bahwa walaupun terjadi penurunan permintaan dari pasar B2B, di sisi lain peningkatan yang signifikan terjadi dari pasar B2C atau konsumen rumahan. Terjadinya shifting demand tersebut membuat Kedai Sayur dengan sigap melakukan perubahan flow bisnis dan meluncurkan layanan baru yaitu B2C demi memenuhi permintaan pasar.
Layanan B2C berupa Aplikasi Kedaisayur – Sayur dan Lauk Pauk Online telah diluncurkan secara resmi oleh Kedai Sayur dan dapat di unduh secara gratis di Playstore dan Appstore. Tidak hanya melalui aplikasi Kedaisayur, masyarakat juga bisa mendapatkan produk-produk segar dari Kedai Sayur melalui Official Store Tokopedia, dan Blibli.com.
Hadirnya channel dan aplikasi baru tersebut diharapkan dapat memberikan alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan selama masa pandemi COVID-19.
Kedai Sayur juga memiliki strategi dan langkah untuk menghadapi tingginya permintaan konsumen B2C, diantaranya; melakukan analisis produk high demand, pricing control, memastikan ketersediaan stok langsung dari sumbernya, memeperketat quality control, dan lain sebagainya agar dapat memberikan layanan terbaik bagi konsumen.
Di tengah pandemi COVID-19 yang melanda, Kedai Sayur juga memiliki atensi yang tinggi kepada masyarakat yang terdampak langsung oleh pandemi. Lapisan masyarakat yang rentan oleh dampak tersebut adalah pekerja harian yang kehilangan penghasilan atau karyawan yang dirumahkan.
Salah satu bentuk atensi Kedai Sayur kepada mereka adalah membuka paket donasi yang akan diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Hal ini merupakan wujud dari misi kemanusiaan Kedai Sayur. Paket donasi tersebut ditarifkan sebesar Rp. 100.000,- yang terdiri dari produk sayur dan sembako. Selain itu, agar distribusi tepat sasaran, Kedai Sayur telah melakukan penyortiran calon penerima donasi dengan kriteria tempat tinggal/kerja
di daerah red zone dan penghasilan terhenti. Kedai Sayur berharap, dengan semua layanan yang diberikan dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.
Selain layanan B2B dan B2C, Kedai Sayur juga memiliki layanan khusus bernama Mitra Sayur. Mitra Sayur merupakan pedagang sayur baik itu pedagang keliling ataupun dengan lapak atau kios yang menjadi konsumen Kedai Sayur.
Layanan ini pertama kali diluncurkan sejak awal didirikannya Kedai Sayur dengan visi membantu para pedagang sayur meningkatkan bisnis mereka. Saat ini sudah lebih dari tujuh 7 ribu pedagang sayur yang tergabung menjadi mitra Kedai Sayur dan merasakan dampak positif terhadap usahanya.
Untuk memberikan layanan terbaik, Kedai Sayur saat ini telah memiliki dua buah Distribution Centre (DC) yang berlokasi di Setu, Jakarta Timur dan juga Cipondoh, Tangerang, dengan pasokan produk pangan segar dari 30 lebih vendor yang terdiri dari petani, pasar induk, dan pasar lokal. (red)